Published On:Saturday, June 8, 2013
Posted by Naufal Khalish

HNS Gelar Hip-hop Akbar 14 Juni Nanti

Ketua HNS, Nainunis
Nainunis ,Ketua HNS
Banda Aceh - Keberadaan hip-hop sebagai bagian dari kreasi seni bukanlah hal baru di Aceh. Pasca musibah gempa dan tsunami, hegemoni hip-hop sebagai salah satu kreatifitas generasi muda Aceh menunjukkan trend yang positif. Hanya saja, hip-hop belum sepenuhnya mendapatkan 'panggung profesional'. Akibatnya, potensi-potensi hip-hop lokal belum terberdayakan secara optimal.
"Kami melihat respon anak-anak muda terhadap hip-hop cukup bagus. Tapi belum dapat promosi dan panggung yang layak di Aceh. Padahal kreasi hip-hop juga mengadopsi nilai-nilai budaya Aceh," ujar Ketua Hip-hop NAD Syndicate (HNS), Nainunis kepada wartawan Sabtu (8/6/2013).

Sebagai salah satu pelaku hip-hop di Aceh, Nai begitu dia dipanggil merasa pelaku dan peminat hip-hop perlu bekerja ekstra untuk memperkenalkan seni tersebut di Aceh. Pasalnya bagi beberapa orang, hip-hop masih dianggap produk barat yang identik dengan nilai-nilai erotisme dan vulgarisme. Padahal selama ini, pengembangan hip-hop di Aceh sudah mengadopsi nilai-nilai budaya Aceh. Salah satu contohnya, HNS sendiri sebut Nai memproduksikan kreasi Lagu Bungong Jeumpa dengan suntikan ritme hip-hop.

"Itu karya yang kami produksi. Banyak produksi hip-hop lainnya yang sudah mengadopsi nilai-nilai keacehan," pungkas Nai.

Sadar perlu kerja keras, saat ini HNS sedang menginisiasi pelaksanaan kenduri hip-hop terbesar di Aceh. pagelaran yang bertajuk 'Hip-hop Jam 5' akan digelar pada 14-15 Juni 2013 nanti. Kegiatan ini akan diikuti oleh pelaku hip-hop lokal, nasional hingga internasional.

"Selain dari Aceh sendiri, kami akan menghadirkan beberapa group hiphop dari Medan, Jakarta, Dubai dan Norwegia," ujarnya sembari mengaku pelaksanaan ini berbarengan dengan milad HNS yang ke-4.

Kenduri akbar yang akan digelar di Taman Budaya Banda Aceh terdiri dari beberapa kegiatan. Pada tanggal 14 Juni, pihaknya mengadakan kompetisi seperti 1 on 1 Battle breakdance untuk usia 15 tahun ke bawah, 1 on 1 battle breakdance kategori umum, 3 on 3 breakdance umum, Rap Battle, Rap Competition, Beatbox Battle, Beatbox Competition, Grafitti Live Painting, serta Dj Hiphop.


Sementara itu di hari kedua pada 15 Juni esok harinya, pihaknya akan menampilkan penampilan grup rap, beatbox. Pada malam puncaknya, elemen-elemen hip-hop tersebut akan disandingkan dengan produk seni lokal Aceh seperti Rapai, Ratoh, Hikayat Aceh, Seudati, dan beberapa kreasi seni lainnya. "Nah, itu dikombinasikan dengan hip-hop seperti rap, breakdance, beatbox, dan lain-lain lah," jelasnya.
Konsep hiburan seperti itu sambung Nai bukan tanpa alasan ditampilkan kepada publik Aceh. menurutnya penting bagi pelaku seni Aceh di Aceh menunjukkan keberagaman dalam berkarya. Kekayaan seni Aceh harusnya tidak dibatasi oleh pemikiran-pemikiran yang pragmatis terhadap unsure-unsur seni itu sendiri.

"Karena bila dipadukan  akan menjadi lebih menarik, semua kalangan bisa menikmatinya," demikian menurut Nai.

Dalam kesempatan yang sama, Pembina HNS Ayi Sarjev menilai gerakan kesenian yang diinisiasi oleh HNS perlu diberikan apresiasi yang besar. Sarjev melihat masyarakat perlu membuka diri untuk memahami potensi generasi muda, pun potensi itu di sektor kesenian. "Memang kita di Aceh pelaku seni itu masih kurang dianggap. Seniman itu belum sepenuhnya dianggap sebagai profesi," tuturnya yang tak lain juga seniman kondang di Aceh.

Dia berharap, pelaksanaan kenduri hip-hop tersebut dapat berjalan dengan baik sehingga dapat memperkaya khazanah seni Aceh. "Bagus buat seni Aceh. Dapat memperkaya seni itu sendiri dengan harapan akan lahir kreasi seni baru yang mungkin kombinasinya antara beatbox dan seudati misalnya. Kan sah-sah saja," tutup Sarjev.

|The Globe Journal|

Selamat datang di Portal Berita Online INFO ATJEH | Untuk Pemasangan iklan , pariwara atau kerja sama, silahkan hubungi di Hotline 085263462710 atau di email infokeurakan15@gmail.com | Terima Kasih